TAFSIR
AL MISBAH, AL MARAGHI DAN AL MANAR
PADA
Q.S ALI IMRON AYAT: 129
1.
Tafsir
al Misbah
¬!ur $tB Îû ÏNºuq»yJ¡¡9$# $tBur Îû ÇÚöF{$# 4 ãÏÿøót `yJÏ9 âä!$t±o Ü>Éjyèãur `tB âä!$t±o 4 ª!$#ur Öqàÿxî ÒOÏm§ ÇÊËÒÈ
“Kepunyaan Allah apa yang ada di langit dan yang ada di bumi.
Dia memberi ampun kepada siapa yang Dia kehendaki; Dia menyiksa siapa yang Dia
kehendaki, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
Al Biqa’i menghubungkan ayat ini dengan
ayat-ayat sebelumnya dengan bertitik tolak dari peristiwa perang Uhud. Ketika
itu, paman nabi SAW, yakni sayyidina Hamzah Ibn ‘Abdul Muththalib, terbunuh dan
mayatnya diperlukan secara sangat tidak wajar. Perutnya dibelah dan hatinya
dikeluarkan untuk dipotong dan dikunyah oleh Hind Ibn Utbah Ibn Rabiah sebagai
balas dendam karena paman nabi itu membunuh ayahnya yang musyrik pada saat
perang Badar setahun sebelum terjadi perang Badar.
Nabi yang pada saat itu terpukul dan bermaksud
untuk membalaskan akan kekejaman tersebut. Bukhori meriwayatkan bahwasanya nabi
SAW, berdoa agar tokoh-tokoh musyrik dikutuk oleh Allah SWT. Imam Muslim
meriwayatkan bahwa dalam perang uhud itu nabi SAW terluka, gigi beliau patah
dan wajah beliau berlumuran darah, ketika itu Rosul berkomentar:” Bagaimana mungkin
satu kaum akan meraih kebahagiaan, sedangkan mereka melumuri wajah nabi mereka
dengan darah. “ meluruskan sikap nabi SAW. Itu, ayat ini turun mengingatkan
bahwa “tak ada sedikitpun campur tanganmu dalam urusan mereka itu,’’
apakah kamu bermaksud membalas dendam atau menjatuhkan sanksi dan kekalahan
kepada mereka. Pakah Allah mengampuni atau menyiksa mereka?. Kalau Allah
menghendaki Dia penuhi harapanmu atau, kalau menghendaki, Allah mengilhami
mereka penyesalan lalu bertaubat sehingga Allah menerima taubat mereka, atau
bisa juga Allahmengazab mereka semua atau sebagian mereka, baik melalui usahamu
ataupun tanpa usahamu. Semua itu, kembali kepada Allah. Kalau Allah menyiksa
mereka, itu adalah wajar karena sesungguhnya mereka itu adalah orang-orang yang
zalim.
Setelah turun ayat ini, Nabi tidak pernah
sekalipun mengutuk seseorang dan tidak pula mendoakan yang buruk. Ketika ada
yang mengusulkan agar beliau mendoakan kebinasaan seorang atau sekelompok,
beliau menjawab: “saya diutus bukan menjadi pengutuk, tetapi saya diutus
mengajak dan membawa rahmat. Ya Allah, ampunilah kaummu karena mereka tidak
mengetahui.”
Ayat ini juga dapat dihubungkan dengan
ayat-ayat yang lalu baik berbicara tentang perang Uhud maupun perang Badar
dengan menyatakan ayat ini menegaskan bahwa kemenangan atau kekalahan dimanapun
terjadinya, tidak mempunyai kaitan dengan pribadimu, wahai Muhammad. Engkau
tidak harus dipuji jika pasukan mendapatkan kemenagan, tidak juga dicela bila
kalah, karena semua kembali kepada Allah. Tugasmu hanya menyampaikan dan
berusaha, sedangkan beriman atau kufur, berhasil atau gagal, itu semua kembali
kepada Allah. Jika ada diantara mereka yang memerangi itu diampuni atau disiksa
oleh Allah, itu juga terpulang-Nya karena milik Allah apa dan siapa yang di
langit dan yang di bumi. Dia memberi ampun kepada siapa yang dia kehendaki,
sesuai dengan pengetahuan dan kebijaksanaan-Nya. Dia menyiksa siapa yang dia
kehendaki, yaitu yang wajar untuk mendapatkan siksa-Nya dan Allah maha
pengampun lagi maha penyayang.
Ayat ini ditutup dengan kedua sifat itu, maha
pengampun dan maha penyayag, sebagai isyarat kepada mereka yang diperlakukan
tidak wajar agar memberi ampun, maaf, dan kasih sayang kepada orang-orang yang
telah melakukan kesalahan terhadapNya. Termasuk dalam hal ini, korban atau
keluarga para syuhada’ perang Uhud.
2.
Tafsir
al Maraghi
¬!ur $tB Îû ÏNºuq»yJ¡¡9$# $tBur Îû ÇÚöF{$# 4 ãÏÿøót `yJÏ9 âä!$t±o Ü>Éjyèãur `tB âä!$t±o 4 ª!$#ur Öqàÿxî ÒOÏm§ ÇÊËÒÈ
Ibnu Jarir mengatakan, “Artinya semua yang ada
dalam cakrawala langit, dari timur sampai barat, kamu dan mereka milik Allah
SWT. Dialah yang berkuasa atas mereka, semua teratur dengan kehendak-Nya. Dia
memberikan ampunan kepada orang yang dikehendaki dari kalangan mahluk-Nya yang
pernah berbuat maksiat terhadap perintah atau larangan-Nya. Kemudian Dia
memberikan ampunan kepadanya. Dia menyiksa orang yang dikehendaki dari kalangan
mereka lantaran pelanggaran yang dilakukannya. Dialah pembalasnya. Dia maha pengampun
dan dapat menutupi dosa-dosa siapa pun yang disukai-Nya. Dari kalangan mahluk
berkat kemurahan-Nya. Dia maha penyayang terhadap mereka. Oleh karena itu, Dia
meninggalkan mereka, tidak menyiksanya secara terburu-buru, sekalipun dosa-dosa
mereka lakukan amat besar.
Dalam hal ini terkandung pelajaran dari Allah
terhadap nabi-Nya sekaligus merupakan pemberitahuan bahwa dosa dan laknat
terhadap kaum musyrikin itu seyogyanya bukan berasal darimu (Muhammad). Sebab
semua perkara milik Allah. Tak seorangpun dari kalangan penduduk bumi,
sekalipun ia malaikat yang terdekat, atau nabi yang di-utus, kecuali hanyalah
orang tertentu yang telah diserahi tugas oleh-Nya guna melaksanakan sebagian
pengaturan tersebut.
Dengan demikian, berarti kekuasaannya terbatas
dalam ruang lingkupyang menjadi jabatannya. Sama sekali ia tidak dapat melampui
tatanan-tatanan umum di dalam melaksanakan tugasnya. Yang dimaksudkan
tatanan-tatanan umum adalah tatanan alam semesta dan kemasyarakatan.
3.
Tafsir
al Manar
Dalam
tafsir al Manar dijelaskan bahwasanya Allah yang berkuasa atas yang ada di
langit dan di bumi beserta urusan-urusan-Nya dan akan mengampuni siapa yang dia
kehendaki karena sesungguhnya Allah maha Pengampun lagi maha Penyayang. Allah
juga berwenang akan memberi siksa kepada orang yang Dia kehendaki.
Ibnu
Jarir menyatakan bahwasanya yang di maksud bukan untuk Muhammad SAW akan tetapi
kepada orang kafir yang senantiasa semaunya sendiri dan engkau (Muhammad)
tidaklah wajib untuk memaafkanya akan tetapi hanyalah Allah yang menghendaki.
Maka dalam hal ini ditolaklah doa Rasul SAW, karena Rasul dan umatnya tidak
diperkenankan mendo’akan orang musyrik dicelakakan Allah, memenangkan Islam,
jangan hanya mengandalkan do’a, tapi mesti berjuang dengan menghimpun kekuatan,
bila kaum musyrikin ingin dikalahkan, maka kaum muslimin harus kuat dalam
segala aspek kehidupan. Urusan siksa atau ampunan merupakan wewenang Allah,
bukan tanggung jawab Rasul atau umatnya. Allah memiliki segalanya, tapi dia
tetap berpeganh pada kebijaksanaan yang sifatnya adil dan Maha penyayang. Akan
tetapi perlu diingat kembali bahwasanya Allah maha pengampun lagi maha
penyayang.
Dari tafsir al Misbah, Maraghi dan al Manar
semuanya hampir sama dimana Allah memberikan ampunan dan menyiksa siapa saja
yang Dia kehendaki karena beberapa sebab-sebab yang menjadikan hamba tersebut
mendapatkan ampunan dan siksaan. Segala urusan yang ada di langit dan bumi dan
semuanya hanya Allahlah yang mengatur karena semuanya sudah ada sistem
(sunnah), dari-Nya. Akan tetapi Allah mempunyai sifat Ghofur dan Rahim yang
memberikan kesempatan bagi hambanya untuk bertobat dan mendapatkan Rahim yang
sesuai akan amalan seorang hamba.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar