A.
JUDUL: METODOLOGI
PENAFAFSIRAN MUHAMMAD ABED AL JABIRI ( STUDI ANALISIS TAFSIR KONTEMPORER )
B.
LATAR
BELAKANG
Perkembangan
dan kemajuan berfikir manusia senantiasa disertai oleh wahyu yang sesuai dan
dapat memecahkan problem-problem yang dihadapi oleh kaum setiap rosul saat itu,
sampai perkembangan itu mengalami kematangan,[1]hingga
era kontemporer ini, pemahaman dan pemikiran untuk mengembalikan tujuan Al
Qur’an diturunkan sebagai petunjuk[2]
umat manusia dalam melaksanakan segala civitas sehari-harinya. Dalam era
kontemporer ini banyak sekali para tokoh pemikir islam yang menyumbangkan
pemikirannya untuk menjelaskan dan memberikan pemahaman Al Qur’an.
Pembaharuan dan semangat kebangkitan
islam yang mulai digemborkan oleh banyak tokoh pemikir islam kontemporer saat
ini, yang menawarkan beberapa metode penafsiran dalam diskursus Al Qur’an seperti
Nashr Hamid Abu Zayd yang sebagai pengembang dari metode tafsir sastra, lalu
menawarkan metode konsep teks dan interpretasi teks dan karyanya yang paling
terkenal adalah teks otoritas kebenaran yang diterjemahkan oleh Khorion
Nahdiyyun, Fazlurrahman dengan double movementnya, Hasan Hanafi, Muhammad
Arkoun serta tidak ketinggalan para pejuang dari kalangan perempuan seperti
Amina Wadud Muhsin, Bintu Syati’ fetimma Merissi dan lain sebagainya, mereka
semua menawarkan metode-metode baru ( tajdid) yang khas dan mempunyai
kekurangan serta keunggulannya sendiri-sendiri yang sesuai akan disiplin keilmuannya[3].
Al Qur’an yang dituliskan dengan menggunakan
bahasa Arab, penyebarannya yang dipimpin juga dari keturunan Arab, serta kota
suci utamanya terletak di jantung tanah Arab[4]
dari hal inilah kawasan Arab memang mempunyai daya tarik sendiri,bahkan
kemajuan dan kemunduran bangsa Arab juga mempengaruhi perkembangan dunia islam.
Kegagalan bangsa Arab yang mengalami keterbelakangan dan kekalahannya pada saat
Zionis Israel pada tahun 1948 dan 1967, yang mendorong para pemikir islam (
Arab ) mencurahkan akan berbagai kedisplinan ilmunya untuk mencapai atau
mewujudkan kebangkitan islam kembali. Salah satu tokoh yang mencurahkan
ke-intelektualannya adalah Muhammad abed al Jabiri yaitu pemikir kontemporer
dari Maroko, yang mempunyai corak pikir eklektisme yaitu berusaha menggabungkan
antara otoritas tradisi ( turats) dari
islam dengan modernitas.[5]
Muhammad Abed Al jabari kemungkinan terbesar
dikenal oleh masyarakat Indonesia karena dibawakan oleh Said Aqil Siradj, karena banyak sekali koleksi-koleksi yang
dimiliki olehnya serta literatur-literatur yang pernah digunakan al jabiri
dalam karya triloginya Naqd al ‘Aql Araby. Beliau menggunakannya untuk
mendukung kritiknya terhadap Aswaja NU.
Dalam metode yang beliau tawarkan dalam penafsiran adalah al Fashl dan
problem objektifitas, serta al washl dan problem rasionalitas. Menurut Muhammad
Abed al Jabiri kita harus menghindari membaca makna sebelum membaca kata-kata”,
dapat dipahamai bahwa “kata-kata,”
sebagai unsur-unsur dalam jaringan relasi-relasi, dan bukan sebagai himpunan
kosa kata yang berdiri sendiri dari makna semantiknya.
Karya-karya beliau sangatlah banyak namun
yang menjadi magnum opusnya adalah Naqd al ‘Aql al ‘Arabi ( a critique
of arab reason ) yang menjadi perdebatan perdebatan didunia Arab.
Banyak sekali para akademisi baik kalangan
mahasiswa maupun lainnya, yang telah mengkaji pemikirannya diantaranya adalah
Yusdani yang mengkaji pemikiran Muhammad Abed al Jabiri tentang nalar politik
kenegaraan dalam islam yang ditulis dalam jurnal analisis.[6]
Lalu ada pula Dicky Wirianto yang mengkaji pemikirannya yang berjudul “wacana
rekontrusi Turas ( tradisi ) Arab,” yang ditulis sebagai artikelnya. Dan masih
banyak lagi karya-karya beliau yang berupa artikel-artikel kemudian di himpun
dan diterjemahkan oleh Ahmad Baso, seorang muda yang akrab dengan pemikiran
Muhammad Abed al Jabiri. Ahmad Baso juga memberikan pengantar yang cukup
panjang dalam mengantarkan kepada kita semua agar dapat memahami pemikiran
beliau.[7]
Muhammad Abed al Jabiri yang sangat mashur
akan kritik nalar arabnya inilah yang terkadang menuai
kontroversi karena dianggap pemikirannya sebagai klise belaka. Di dalam
pendahuluan yang beliau tuliskan dalam karyanya “ Takwin al ‘Aql ‘Arabi,” yang telah dialih bahasakan oleh Imam
Khoiri beliau mengatakan “ proyek ini adalah proyek kritis, pokok bahasan kami
adalah nalar, dan persoalan yang ada disana adalah rasionalitas, maka kami
kemukakan bahwa kami secara sadar memilih berinteraksi dengan buda “
terpelajar,” dan meninggalkan budaya kerakyatan semisal kisah-kisah, kurafat,
mitos, peribahasa dll”.[8] Pemikirannya
juga banyak sekali mengambil literatur dari tokoh idolanya, Karl Mark dan yang
menjadi landasan pemikirannya adalah para pemikir dari perancis seperti Michel
Fochault, Levi Strauss, Regic Debray, A. Lalande, Louis Althusser juga
mempengaruhi akan metodologinya dalam penafsiran.
Didalam
karya-karyanya yang menjadikan inspirasi penulisan penelitian ini adalah
penafsiran dengan sistematis berdasarkan kronologi pewahyuan.[9] Walaupun
latar belakang beliau bukanlah seorang dari ahli teolog, ataupun mufasir akan
tetapi beliau adalah seorang filsuf, salah satu yang menjadikannya harus terjun
kedunia pemikiran keagamaan dikarenakan hal itu adalah suatu ajakan agar berfikir kritis terhadap apa
yang kita jadikan sebagai rujukan dan cara merujuknya, dengan analisis-kritik
wacana agar kita tidak tertipu akan manipulasi sejarah yang dijadikan sebagai
kepentingan seseorang.
Pemikiran
Muhammad al Jabiri yang menjadikan berbeda dengan berbagai pemikiran modernis
lainnya adalah yang tidak mudah akan terpesona dengan pemikiran barat. Beliau
tidak dengan mudah terjebak pada pemikiran kaum ortodoksi, tradisionalis,
ataupun kaum fundamentalis lainnya. Beliau juga berani dalam membuat sebuah
pemikiran demi kebangkitan islam, yang masih dalam perdebatan adalah wacana
rekontruksi tradisi arab dan pembacaan teks beliau dalam kajian Al Qur’an,
dimana menjadikan Al Qur’an kontemporer sepanjang masa.
C.
RUMUSAN
MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan permasalahansebagai
berikut:
1.
Bagaimana
pemikiran-pemikiran beberapa mufassir
kontemporer dalam diskursus Al Qur’an?
2.
Bagaimna
latar belakang kehidupan Muhammad Abed al
Jabiri?
3.
Mengapa
beliau menggunakan metode tajdidnya dalam menafsirkan Al Qur’an?
4.
Bagaimana
pendapat beliau tentang Al Qur’an dan pembacaan teks?
5.
Bagaimana
aplikasi metodologinya dalam penafsiran Al Qur’an?
6.
Apa saja
keistimewaan dan kelemahan metodologinya dalam prespektif mufassir kontemporer,
pengkaji karya-karya Muhammad Abid al Jabiri maupun dari penulis ?
D.
TUJUAN
DAN MANFAAT PENELITIAN
a.
Tujuan
Penelitian ini
mempunyai dua tujuan yaitu tujuan teoritis dan tujuan pragmatis.
1.
Tujuan
Pragmatis
ü Menjadikan pengetahuan bagi kita semua tentang pemikiran Muhammad Abed al Jabiri
ü Menjadi sebuah pengantar pemikiran Muhammad Abed
al Jabiri tentang metodologi penafsiran
ü Meningkatkan minat baca khususnya bagi pengkaji
interpreter ( penerjemah ) dalam Al Qur’an.
2.
Tujuan
Teoritis
Mengaplikasikan
metodologi yang ditawarkan oleh Muhammad Abed al Jabiri.
b.
Manfaat
·
Memberikan
wawasan baru kepada kita tentang metodologi penafsiran yang baru dari Muhammad
Abed al Jabiri
·
Sebagai bahan
acuan tambahan dalam penulisan karya tulis
E.
LANDASAN TEORI
1.
Selayang
pandang pemikiran-pemikiran beberapa mufassir kontemporer
Pemikiran-pemikiran
tafsir atau metode-metode yang ditawarkan oleh mufassir sangatah banyak dan
sudah ada sejak zaman rosulullah hanya saja pada zaman rosulullah beliau
sendirilah sebagai acuannya. Kemudian berkembang sampai sekarang yaitu
pemikiran dari diskursus Al Qur’an dalam tujuan sebagai upaya kebangkitan
islam, dan juga tafsir dijadikan sebagai produk budaya pada sekarang ini. Dan
banyak sekali metode maupun corak keragaman tafsir yang sesuai dengan disiplin
keilmuan mereka sekarang ini.[10] Dalam hal ini ada beberapa pemikirsn mufassir
sebagai berikut:
a.
Pemikiran
Muhammad Abduh
Pemikirannya muncul
pada abad kesebelas yaitu kitab yang fundamentalnya yang semulanya dari Jamaluddin
al Afgani yaitu al Manar. Beliau
memberikan penjelasan yang yang kurang diperjelas oleh para mufassirin yaitu
tentang lafadz, i’rab, dan segi balaghahnya. Tafsir beliau adalah salah satunya yang mengumpulkan
atsar yang shahih dan akal yang sehat, untuk mengahadapi ayat-ayat yang
berlawanan dengan tanzih, dan mengambil jalan salaf. [11]
b.
Pemikiran
Amin al khuli
Beliau adalah salah
satu penyumbang pemikiran dalam diskursus Al Qur’an yang menawarkan metode
tafsir sastra, meskipun beliau belum pernah mengaplikasikan metodologisnya
namun pemikirannya sangat berpengaru terutama kepada para murid-muridnya salah
satunya adalah M. Khalfallah, Nashr Hamid Abu zayd dan lainnya.
c.
Pemikiran
Hasan Hanafi
Pemikirannya yang
menolak akan sebuah sosio historis dengan alasan karena belum tentu kondisi
yang terjadi pada zaman dahulu dapat diketahui kronologi peristiwa tersebut.
Pemikirannya adalah subjektivisme yaitu teks adalah realitas dan realitas
adalah teks, karena tujuan penafsiran adalah memberikan solusi atau memecahkan
permasalahan sosio-politik yang sekarang terjadi.
Dari
selayang pandang diatas adalah beberapa contoh pemikiran dari para mufassirin
dalam mengembangakan tafsir.
2.
Biografi
Muhammad Abed al Jabiri
Muhammad
al jabiri adalah seorang intelektual muslim kontemporer yang sangat disegani
banyak kalangan masyarakat dan sangat berpengaruh pemikirannya khususnya
peminat studi – studi keislaman. Beliau dilahirkan di kota Feiji ( Fekik ) Maroko pada tanggal 27 desember 1936 ada pula
yang mengatakan 1953. Keluarga beliau adalah seorang pendukung partai Istiqlal,
yaitu sebuah partai yang memperjuangkan kemerdekaan dan kesatuan Maroko pada
saat itu masih dalam koloni Perancis dan Spanyol.
Pendidikan
beliau di mulai di Madrasah Hurrah al Wathaniyyayh ( sekolah swasta
nasionalis ) dari tahun 1951 sampai 1953 kemudian dilanjutkan di sekolah Casablanca,
sampai beliau meraih gelar
doktoralnya dari Universitas Muhammad V Rabat Maroko, kemudian menjadi dosen
filsafat dan pemikir islam di fakultas Sastra.
3.
Pemikiran
Muhammad Abed al Jabiri
Jika
kita melihat dari latar belakang keluarga beliau yang sangat berkecipung pada
dunia politik maka hal inilah yang akan sedikit mempengaruhi pemikirannya.
Corak pemikiran beliau adalah eklaktisme yaitu menggabungkan antara otoritas
tradisi yang bersumber dari Islam dengan modernitas, pemikirannya ini dilatar
belakangi oleh kegagalan kebangkitan islam kembali dan upaya realisasi
kebangkitan ( Arab ) Islam lalu dituangkan kedalam karyanya yang menjadi magnum
opusnya Nalar kritik Arab ( Naqd al ‘Aql
al Araby )
Pemikiran
beliau mengenai metodologi penafsiran Al Qur’an beliau tuangkan kedalam
karyanya yang berjudul Fahm Al Qur’an ,
al Tafsir Wadlih hasb Tartib an Nuzul hal ini terdorong dari karyanya
untuk memperkenalkan Al Qur’an dengan
deskripsi yang menurutnya dapat diterima baik oleh orang-orang islam sendiri
maupun non muslim, yang berjudul Madkhal
ila Al Qur’an dimana karya ini membicarakan tentang diskursus Al Qur’an.
Metodologi
yang beliau tawarkan adalah al Fashl digunakan
demi menjawab problem objektifitas dan al Washl digunakan untuk mengatasi
problem rasionalitas. Tawaran metode ini dijadikan sebagai representasi turats,
disertai dengan ungkapan “ menjadikan bacaan kontemporer untuk dirinya ( dalam
rentang masanya) dan kontemporer untuk kita ( dalam kondisi kekinian pembaca ).
4.
Aplikasi
metodologi penafsiran Muhammad Abed al Jabiri
Apilkasi metode yang
digunakan oleh Muhammad Abed al Jabiri dituangkan dalam karyanya Fahm Al Qur’an salah satunya pada Q.S al ‘Alaq sebagai
berikut:
ù&tø%$# ÉOó$$Î/ y7În/u Ï%©!$# t,n=y{ ÇÊÈ t,n=y{ z`»|¡SM}$# ô`ÏB @,n=tã ÇËÈ ù&tø%$# y7/uur ãPtø.F{$# ÇÌÈ Ï%©!$# zO¯=tæ ÉOn=s)ø9$$Î/ ÇÍÈ zO¯=tæ z`»|¡SM}$# $tB óOs9 ÷Ls>÷èt ÇÎÈ
Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, Dia telah
menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha
pemurah, yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak
diketahuinya.
Menurut al jabiri dalam
ta’liq kitab tafsir karyanya Fahm Al Qur’an pada juz 1 halaman 26 , kandungan
ayat diatas adalah menetapkan akidah islam dengan memfokuskan kepada dua dasar
yaitu menciptakan dan mengajarkan. Pertama menghubungkan keduanya dengan satu
sentral yakni satu tokoh manusia. Kemudian yang kedua mengkaitkannya dengan
data-data pengalaman sehari-hari manusia. Sebagaimana yang dipahami dalam
firmannya yang berbunyi:
“ Yang mengajar ( manusia )dengan perantara kalam.” Al Jabiri memahaminya dengan “ wahai Muhammad, bertabaruklah dengan
nama tuhanmu dan ketahuilah bahwa tuhanmu yang menurunkan wahyu kepadamu, ini
adalah tuhan yang menciptakanmu dari darah yang ada dalam rahim ibumu dan yang
dicampur oleh sperma ayahmu.
Demikianlah sekilas
aplikasi metode yang beliau tawarkan dalam penafsiran Al Qur’an.
F.
KAJIAN
PUSTAKA
1.
Di dalam
karya yang ditulis oleh Muhammad Abed al jabiri yang berjudul Formasi Nalar
Arab menjelaskan tentang beberapa pemikirannya mengenai epistemologi
pengetahuan bayani, burhani dan irfani, dan bibliografi.
2.
Di dalam
karya yang ditulis oleh Muhammad Abed al Jabiri yang berjudul fahm Al Qur’an,
al tafsir wadlih hasb tartib an-Nuzul menerangkan pemikiran beliau dalam
diskursus Al Qur’an. Beliau mengaplikasikan metode yang beliau tawarkan dalam
menafsirkan beberapa surat di dalam Al Qur’an seperti An-Naba, al Mutaffifin,
al ‘alaq dan lain sebagainya.
3.
Di dalam buku
hasil dari pengumpulan seorang pengkaji pemikiran Muhammad Abed Al jabiri, dan
telah dialih bahasakan oleh Ahmad Baso yang berjudul Post Tradisionalisme Islam
memuat beberapa artikel dan pidato-pidato hasil seminarnya.
G.
METODE
PENELITIAN
Didalam
penelitian kajian analisis tafsir kontemporer yang mengkaji tentang pemikiran
Muhammad Abed al Jabiri, yang melihat dari rumusan masalah dan tujuan dan manfaat
penelitian agar pembahasan dapat memberikan hasil yang diharapkan, penulis
menggunakan metode sebagai berikut:
1. Jenis penelitian
Penelitian ini adalah penelitian kualitatif,
yaitu jenis penelitian yang temuan-temuannya tidak diperoleh melalui prosedur
statistik, bentuk hitung, dan lainnya.
Alasan penulis memilih karena digunakan untuk
mendapatkan wawasan tentang sesuatu yang baru sedikit diketahui. Unsur-unsur
penelitian kualitatif ada tiga yang utama diantaranya adalah data bisa berasal
dari wawancara dan pengamatan, yang menggunakan prosedur analisis dan
interpretasi untuk mendapatkan temuan dan teori, bersifat diskriptif, membatasi
studi dengan fokus, rancangan penelitian bersifat sementara dan hasil
penelitian disepakati oleh kedua belah pihak[12],
serta menggunakan laporan tertulis dan lisan.
2. Sumber data
Sumber data dalam penelitian adalah subyek asal data dapat diperoleh. Di
dalam penelitian ini penulis menggunakan beberap sumber data sebagai berikut:
a. Sumber data
primer
Data primer merupakan sumber data penelitian yang diperoleh secara
langsung dari sumber asli, yang dapat berupa opini subyek secara individu,
maupun kelompok.[13] Adapun
sumber data primer yang digunakan adalah karya Muhammad Abed al Jabiri seperti
Formasi Nalar Arab, yang telah dialih bahasakan oleh Imam Khoiri, Fahm Al
Qur’an dan Post Tradisionalisme Arab
adalah kumpulan-kumpulan pidato atau seminar Muhammad Abed al Jabiri
yang dialih bahasakan dan dikumpulkan oleh Ahmad Baso.
b. Sumber data
sekunder
Adapun sumber data sekunder yang
digunakan adalah berbagai buku, journal,
tulisan-tulisan serta artikel yang mengandung pemikiran penafsiran Al Qur’an
prespektif Muhammad Abed al Jabiri, seperti Hermeneutika Al Qur’an dan
Hadits yang ditulis oleh Kurdi dan
kawan-kawan.
3. Metode
pengumpulan data
Metode pengumpulan data merupakan suatu prosedur yang sistematis dan
standar untuk memperoleh data yang diperlukan. Adapun yang digunakan dalam
pengumpulan data penelitian ini adalah tekhnik studi dokumentar/bibliografi.[14]
4. Metode analisis
data
Metode analisis dapat digunakan untuk
memecahkan masalah yang terdapat dalam rumusan masalah penelitian dapat
dibuktikan atau diuji dan menjadi sebuah pencapaian dalam penelitian. Berdasarkan
data yang diperoleh untuk menyusun dan menganalisa data-data yang diperoleh
maka menggunakan metode analisis isi atau biasanyadisebut dengan Content
Analysis.
Metode analisis isi adalah metode analisis
teks yang memusatkan perhatian pada aspek-aspek isi teks yang bisa
diperhitungkan dengan jelas dan langsung dan sebagai suatu perumusan bagi
frekuensi relatif dan absolut kata per teks atau unit permukaan, juga suatu
metode yang ditujukan untuk membuat kesimpulan dengan cara mengidentifikasi
karakteristik tertentu pada pesan-pesan secara sistematis dan objektif.[15]
Metode analisis isi mempunyai tujuan sebagai dampak isi dari pembaca, pengaruh
kontrol terhadap isi, memberikan pengetahuan, membuka wawasan baru, menyajikan
fakta dan panduan praktis pelaksanaan.[16]
H.
SISTEMATIKA
LAPORAN PENELITIAN
Untuk memberikan petunjuk dan gambaran
mengenai laporan penelitian terdiri dari dari beberapa bagian, berikut ini
penulis akan memberikan petunjuk dalam sistematika laporan penelitian sebagai
berikut:
1.
Bagian muka
Di dalam bagian ini terdiri dari halaman sampul dan halaman judul
2.
Bagian isi
Di dalam bagian isi terdiri dari beberapa bab diantaranya adalah:
a. Bab pertama yang
memuat tentang selayang pandang pemikiran-pemikiran beberapa mufassir kontemporer.
b. Bab kedua yang
memuat pendahuluan, di dalam pendahuluan terdiri dari latar belakang penulisan
tentang pemikiran metodologi penafsiran prespektif Muhammad al Jabiri ( studi
analisis tafsir kontemporer ), rumusan masalah yaitu pembatasan dari sebuah
pembahasan nanti dan hal-hal yang akan dijadikan sebagai bahan analisis dalam
skripsi, kemudian metode analisis isi ( content analysis ) yaitu dari data-data
yang ada, lalu penulis memberikan intrepretasi, generalisasi, klasifikasi,
elaborisasi, serta bahan-bahan rujukan dan pada akhirnya diambil kesimpulan.
c. Bab ketiga yang
memuat tentang latar belakang atau biografi dari Muhammad Abed al Jabiri,
alasannya menggunakan dan menawarkan metode tajdid dalam penafsiran serta pendapat
beliau tentang Al Qur’an dan pembacaan teks yang akan memunculkan sebuah
korelasi antara metode tajdidnya.
d. Bab keempat merupakan
analisis penulis tentang aplikasi atau
contoh penafsiran Al Qur’an yang menggunakan metode tajdidnya, kelemahan
dan kelebihan dari metodenya yang akan diambil dari sudut pandang mufassir
kontemporer, pengkaji karya-karya Muhammad Abid al Jabiri maupun penulis.
e. Bab kelima
merupakan penutup terhadap keseluruhan rangkaian bab skripsi, yang terdiri dari
kesimpulan, saran-saran dan penutup.
3.
Bagian penutup
Bagian ini terdiri dari daftar pustaka
DAFTAR PUSTAKA
Abed , Muhammad al Jabiri.
Formasi Nalar Arab, alih
bahasa oleh Imam khoiri IRCiSoD , Yogyakarta, 2003
al-Khuli , Amin dan Nashr Hamid Abu Zayd, Metode Tafsir Sastra, alih bahasa oleh
Khairon Nahdiyyin, Adab Press, Yogyakarta, 2004
Anwar, Rosihon. Ilmu
Tafsir, CV Pustaka Setia, Bandung, 2005
Baso, Ahmad. ( pengumpul dan alih bahasa ), Post Tradisonalisme Islam, LkiS, Yogyakarta,
2000
Faishol, M. Struktur Nalar Islam Menurut Prespektif Abid al
Jabiri, Jurnal Religio,II, ( ...,
2011), h. 64
Hourani, Albert. Sejarah
Bangsa-Bangsa Muslim, alih bahasa oleh Irfan Abu bakar, P.T. Mizan Pustaka,
Bandung, 2004
Khalil , Manna al Qattan, Studi
Ilmu-Ilmu Al Qur’an, alih bahasa oleh Mudzakir AS, P.T. Pustaka Litera Antarnusa,
Bogor Baru,1992
Kurdi dkk, Hermeneutika
Al Qur’an dan Hadits, Elsaq Press, Yogyakarta, 2010
Mamang Sangadji , Etta dan Sopiah, Metodologi Penelitian pendekatan Praktis dalam Penelitian, C.V.
Andi Offset, Yogyakarta, 2010
Muhammad, Teungku Hasbi Ash Shidiqiy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Al Qur’an dan Tafsir, P.T Pustaka Rizki
Putra, Semarang, 2002
Suryadilaga , M. Al Fatih dkk. Metodologi
Ilmu Tafsir, Teras, Sleman, 2005
Team penyusun penulisan skripsi fakultas Ushuluddin IAIN
Walisongo Semarang, Pedoman Penulisan Skripsi, Badan penerbit
fakultas Ushuluddin IAIN Walisongo, Semarang , 1998
Titscher, Stefan.
Micheal Mayer dkk, Metode Analisis
Teks dan Wacana, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2009
Yusdani. Nalar Politik Kenegaraan Dalam Islam,
Jurnal Analisis, I, Volume XI, Juni 2011
[1] Manna Khalil al Qattan, Studi
Ilmu-Ilmu Al Qur’an, alih bahasa oleh Mudzakir AS, ( Bogor Baru: P.T.
Pustaka Litera Antarnusa, 1992 ), h. 10.
[2] Amin al-Khuli dan Nashr Hamid Abu Zayd, Metode Tafsir Sastra, alih bahasa oleh Khairon Nahdiyyin, (
Yogyakarta: Adab Press, 2004 ), h. 54-55
[3] M. Faishol, Struktur Nalar
Islam Menurut Prespektif Abid al Jabiri, Jurnal
Religio,II, ( ..., 2011), h. 64
[4] Albert Hourani, Sejarah Bangsa-Bangsa
Muslim, alih bahasa oleh Irfan Abu bakar ( Bandung: P.T. Mizan Pustaka,
2004 ), h. 23
[5] Kurdi dkk, Hermeneutika Al
Qur’an dan Hadits, ( Yogyakarta: Elsaq Press, 2010 ), h. 89
[6] Yusdani, Nalar Politik
Kenegaraan Dalam Islam, Jurnal Analisis, I ( Volume XI, Juni 2011 ), h. 131
[7] Ahmad Baso ( pengumpul dan alih bahasa ), Post Tradisonalisme Islam, ( Yogyakarta: LkiS, 2000 ), h. Vii
[8] Muhammad Abed al Jabiri, Formasi
Nalar Arab, alih bahasa oleh Imam khoiri ( yogyakarta: IRCiSoD, 2003), h.
21
[9] Kurdi dkk, h. 92-93
[10] Rosihon Anwar, Ilmu Tafsir,
( Bandung: CV Pustaka Setia, 2005), h. 164-165
[11] Teungku Muhammad Hasbi Ash Shidiqiy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Al Qur’an dan Tafsir ( Semarang, P.T
Pustaka Rizki Putra, 2002 ), h. 206-207
[12] Team penyusun penulisan skripsi fakultas Ushuluddin IAIN Walisongo
Semarang, Pedoman Penulisan Skripsi, ( Badan
penerbit fakultas Ushuluddin IAIN Walisongo, Semarang , 1998), h. 13
[13] Etta Mamang Sangadji dan Sopiah, Metodologi
Penelitian pendekatan Praktis dalam Penelitian, ( Yogyakarta: C.V. Andi
Offset, 2010), h. 171-172
[14] M. Al Fatih Suryadilaga dkk, Metodologi
Ilmu Tafsir, ( Sleman: Teras, 2005 ), h. 171-172
[15] Stefan Titscher, Micheal Mayer dkk, Metode Analisis Teks dan Wacana, ( Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2009 ), h. 93-97
[16] M.Al Fatih Suryadilangga dkk, h. 77