Senin, 29 Juni 2015

proposal penelitian



A.     JUDUL: METODOLOGI PENAFAFSIRAN MUHAMMAD ABED AL JABIRI ( STUDI ANALISIS TAFSIR KONTEMPORER )
B.     LATAR BELAKANG
Perkembangan dan kemajuan berfikir manusia senantiasa disertai oleh wahyu yang sesuai dan dapat memecahkan problem-problem yang dihadapi oleh kaum setiap rosul saat itu, sampai perkembangan itu mengalami kematangan,[1]hingga era kontemporer ini, pemahaman dan pemikiran untuk mengembalikan tujuan Al Qur’an diturunkan sebagai petunjuk[2] umat manusia dalam melaksanakan segala civitas sehari-harinya. Dalam era kontemporer ini banyak sekali para tokoh pemikir islam yang menyumbangkan pemikirannya untuk menjelaskan dan memberikan pemahaman Al Qur’an. Pembaharuan  dan semangat kebangkitan islam yang mulai digemborkan oleh banyak tokoh pemikir islam kontemporer saat ini, yang menawarkan beberapa metode penafsiran dalam diskursus Al Qur’an seperti Nashr Hamid Abu Zayd yang sebagai pengembang dari metode tafsir sastra, lalu menawarkan metode konsep teks dan interpretasi teks dan karyanya yang paling terkenal adalah teks otoritas kebenaran yang diterjemahkan oleh Khorion Nahdiyyun, Fazlurrahman dengan double movementnya, Hasan Hanafi, Muhammad Arkoun serta tidak ketinggalan para pejuang dari kalangan perempuan seperti Amina Wadud Muhsin, Bintu Syati’ fetimma Merissi dan lain sebagainya, mereka semua menawarkan metode-metode baru ( tajdid) yang khas dan mempunyai kekurangan serta keunggulannya sendiri-sendiri yang sesuai akan  disiplin keilmuannya[3].
 Al Qur’an yang dituliskan dengan menggunakan bahasa Arab, penyebarannya yang dipimpin juga dari keturunan Arab, serta kota suci utamanya terletak di jantung tanah Arab[4] dari hal inilah kawasan Arab memang mempunyai daya tarik sendiri,bahkan kemajuan dan kemunduran bangsa Arab juga mempengaruhi perkembangan dunia islam. Kegagalan bangsa Arab yang mengalami keterbelakangan dan kekalahannya pada saat Zionis Israel pada tahun 1948 dan 1967, yang mendorong para pemikir islam ( Arab ) mencurahkan akan berbagai kedisplinan ilmunya untuk mencapai atau mewujudkan kebangkitan islam kembali. Salah satu tokoh yang mencurahkan ke-intelektualannya adalah Muhammad abed al Jabiri yaitu pemikir kontemporer dari Maroko, yang mempunyai corak pikir eklektisme yaitu berusaha menggabungkan antara otoritas tradisi ( turats) dari islam dengan modernitas.[5]
Muhammad Abed Al jabari kemungkinan terbesar dikenal oleh masyarakat Indonesia karena dibawakan oleh Said Aqil Siradj,  karena banyak sekali koleksi-koleksi yang dimiliki olehnya serta literatur-literatur yang pernah digunakan al jabiri dalam karya triloginya Naqd al ‘Aql Araby. Beliau menggunakannya untuk mendukung kritiknya terhadap Aswaja NU.
Dalam metode yang beliau  tawarkan dalam penafsiran adalah al Fashl dan problem objektifitas, serta al washl dan problem rasionalitas. Menurut Muhammad Abed al Jabiri kita harus menghindari membaca makna sebelum membaca kata-kata”,  dapat dipahamai bahwa “kata-kata,” sebagai unsur-unsur dalam jaringan relasi-relasi, dan bukan sebagai himpunan kosa kata yang berdiri sendiri dari makna semantiknya.
Karya-karya beliau sangatlah banyak namun yang menjadi magnum opusnya adalah Naqd al ‘Aql al ‘Arabi ( a critique of arab reason ) yang menjadi perdebatan perdebatan didunia Arab.
Banyak sekali para akademisi baik kalangan mahasiswa maupun lainnya, yang telah mengkaji pemikirannya diantaranya adalah Yusdani yang mengkaji pemikiran Muhammad Abed al Jabiri tentang nalar politik kenegaraan dalam islam yang ditulis dalam jurnal analisis.[6] Lalu ada pula Dicky Wirianto yang mengkaji pemikirannya yang berjudul “wacana rekontrusi Turas ( tradisi ) Arab,” yang ditulis sebagai artikelnya. Dan masih banyak lagi karya-karya beliau yang berupa artikel-artikel kemudian di himpun dan diterjemahkan oleh Ahmad Baso, seorang muda yang akrab dengan pemikiran Muhammad Abed al Jabiri. Ahmad Baso juga memberikan pengantar yang cukup panjang dalam mengantarkan kepada kita semua agar dapat memahami pemikiran beliau.[7]
Muhammad Abed al Jabiri yang sangat mashur akan kritik nalar arabnya inilah yang terkadang menuai kontroversi karena dianggap pemikirannya sebagai klise belaka. Di dalam pendahuluan yang beliau tuliskan dalam karyanya “ Takwin al ‘Aql ‘Arabi,” yang telah dialih bahasakan oleh Imam Khoiri beliau mengatakan “ proyek ini adalah proyek kritis, pokok bahasan kami adalah nalar, dan persoalan yang ada disana adalah rasionalitas, maka kami kemukakan bahwa kami secara sadar memilih berinteraksi dengan buda “ terpelajar,” dan meninggalkan budaya kerakyatan semisal kisah-kisah, kurafat, mitos, peribahasa dll”.[8] Pemikirannya juga banyak sekali mengambil literatur dari tokoh idolanya, Karl Mark dan yang menjadi landasan pemikirannya adalah para pemikir dari perancis seperti Michel Fochault, Levi Strauss, Regic Debray, A. Lalande, Louis Althusser juga mempengaruhi akan metodologinya dalam penafsiran.
Didalam karya-karyanya yang menjadikan inspirasi penulisan penelitian ini adalah penafsiran dengan sistematis berdasarkan kronologi pewahyuan.[9] Walaupun latar belakang beliau bukanlah seorang dari ahli teolog, ataupun mufasir akan tetapi beliau adalah seorang filsuf, salah satu yang menjadikannya harus terjun kedunia pemikiran keagamaan dikarenakan hal itu adalah  suatu ajakan agar berfikir kritis terhadap apa yang kita jadikan sebagai rujukan dan cara merujuknya, dengan analisis-kritik wacana agar kita tidak tertipu akan manipulasi sejarah yang dijadikan sebagai kepentingan seseorang.
Pemikiran Muhammad al Jabiri yang menjadikan berbeda dengan berbagai pemikiran modernis lainnya adalah yang tidak mudah akan terpesona dengan pemikiran barat. Beliau tidak dengan mudah terjebak pada pemikiran kaum ortodoksi, tradisionalis, ataupun kaum fundamentalis lainnya.  Beliau juga berani dalam membuat sebuah pemikiran demi kebangkitan islam, yang masih dalam perdebatan adalah wacana rekontruksi tradisi arab dan pembacaan teks beliau dalam kajian Al Qur’an, dimana menjadikan Al Qur’an kontemporer sepanjang masa.

C.    RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan permasalahansebagai berikut:
1.      Bagaimana pemikiran-pemikiran  beberapa mufassir kontemporer dalam diskursus Al Qur’an?
2.      Bagaimna latar belakang kehidupan Muhammad  Abed al Jabiri?
3.      Mengapa beliau menggunakan metode tajdidnya dalam menafsirkan Al Qur’an?
4.      Bagaimana pendapat beliau tentang Al Qur’an dan pembacaan teks?
5.      Bagaimana aplikasi metodologinya dalam penafsiran Al Qur’an?
6.      Apa saja keistimewaan dan kelemahan metodologinya dalam prespektif mufassir kontemporer, pengkaji karya-karya Muhammad Abid al Jabiri maupun dari penulis ?
D.    TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
a.       Tujuan
Penelitian ini mempunyai dua tujuan yaitu tujuan teoritis dan tujuan pragmatis.
1.      Tujuan Pragmatis
ü  Menjadikan pengetahuan bagi kita semua  tentang pemikiran Muhammad Abed al Jabiri
ü  Menjadi sebuah pengantar pemikiran Muhammad Abed al Jabiri tentang metodologi penafsiran
ü  Meningkatkan minat baca khususnya bagi pengkaji interpreter ( penerjemah ) dalam Al Qur’an.
2.      Tujuan Teoritis
Mengaplikasikan metodologi yang ditawarkan oleh Muhammad Abed al Jabiri.
b.      Manfaat
·         Memberikan wawasan baru kepada kita tentang metodologi penafsiran yang baru dari Muhammad Abed al Jabiri
·         Sebagai bahan acuan tambahan dalam penulisan karya tulis
E.     LANDASAN TEORI
1.      Selayang pandang pemikiran-pemikiran beberapa mufassir kontemporer
Pemikiran-pemikiran tafsir atau metode-metode yang ditawarkan oleh mufassir sangatah banyak dan sudah ada sejak zaman rosulullah hanya saja pada zaman rosulullah beliau sendirilah sebagai acuannya. Kemudian berkembang sampai sekarang yaitu pemikiran dari diskursus Al Qur’an dalam tujuan sebagai upaya kebangkitan islam, dan juga tafsir dijadikan sebagai produk budaya pada sekarang ini. Dan banyak sekali metode maupun corak keragaman tafsir yang sesuai dengan disiplin keilmuan mereka sekarang ini.[10]  Dalam hal ini ada beberapa pemikirsn mufassir sebagai berikut:
a.       Pemikiran Muhammad Abduh
Pemikirannya muncul pada abad kesebelas yaitu kitab yang fundamentalnya yang semulanya dari Jamaluddin al Afgani yaitu al Manar. Beliau memberikan penjelasan yang yang kurang diperjelas oleh para mufassirin yaitu tentang lafadz, i’rab, dan segi balaghahnya. Tafsir  beliau adalah salah satunya yang mengumpulkan atsar yang shahih dan akal yang sehat, untuk mengahadapi ayat-ayat yang berlawanan dengan tanzih, dan mengambil jalan salaf. [11] 
b.      Pemikiran Amin al khuli
Beliau adalah salah satu penyumbang pemikiran dalam diskursus Al Qur’an yang menawarkan metode tafsir sastra, meskipun beliau belum pernah mengaplikasikan metodologisnya namun pemikirannya sangat berpengaru terutama kepada para murid-muridnya salah satunya adalah M. Khalfallah, Nashr Hamid Abu zayd dan lainnya.
c.       Pemikiran Hasan Hanafi
Pemikirannya yang menolak akan sebuah sosio historis dengan alasan karena belum tentu kondisi yang terjadi pada zaman dahulu dapat diketahui kronologi peristiwa tersebut. Pemikirannya adalah subjektivisme yaitu teks adalah realitas dan realitas adalah teks, karena tujuan penafsiran adalah memberikan solusi atau memecahkan permasalahan sosio-politik yang sekarang terjadi.
Dari selayang pandang diatas adalah beberapa contoh pemikiran dari para mufassirin dalam mengembangakan tafsir.

2.      Biografi Muhammad Abed al Jabiri
Muhammad al jabiri adalah seorang intelektual muslim kontemporer yang sangat disegani banyak kalangan masyarakat dan sangat berpengaruh pemikirannya khususnya peminat studi – studi keislaman. Beliau dilahirkan di kota Feiji ( Fekik )  Maroko pada tanggal 27 desember 1936 ada pula yang mengatakan 1953. Keluarga beliau adalah seorang pendukung partai Istiqlal, yaitu sebuah partai yang memperjuangkan kemerdekaan dan kesatuan Maroko pada saat itu masih dalam koloni Perancis dan Spanyol. 
Pendidikan beliau di mulai  di Madrasah Hurrah al Wathaniyyayh ( sekolah swasta nasionalis ) dari tahun 1951 sampai 1953 kemudian dilanjutkan di sekolah Casablanca, sampai beliau meraih gelar doktoralnya dari Universitas Muhammad V Rabat Maroko, kemudian menjadi dosen filsafat dan pemikir islam di fakultas Sastra.
3.      Pemikiran Muhammad Abed al Jabiri
Jika kita melihat dari latar belakang keluarga beliau yang sangat berkecipung pada dunia politik maka hal inilah yang akan sedikit mempengaruhi pemikirannya. Corak pemikiran beliau adalah eklaktisme yaitu menggabungkan antara otoritas tradisi yang bersumber dari Islam dengan modernitas, pemikirannya ini dilatar belakangi oleh kegagalan kebangkitan islam kembali dan upaya realisasi kebangkitan ( Arab ) Islam lalu dituangkan kedalam karyanya yang menjadi magnum opusnya Nalar kritik Arab ( Naqd al ‘Aql al Araby )
Pemikiran beliau mengenai metodologi penafsiran Al Qur’an beliau tuangkan kedalam karyanya yang berjudul Fahm Al Qur’an , al Tafsir Wadlih hasb Tartib an Nuzul hal ini terdorong dari karyanya untuk  memperkenalkan Al Qur’an dengan deskripsi yang menurutnya dapat diterima baik oleh orang-orang islam sendiri maupun non muslim, yang berjudul Madkhal ila Al Qur’an dimana karya ini membicarakan tentang diskursus Al Qur’an.
Metodologi yang beliau tawarkan adalah al Fashl  digunakan demi menjawab problem objektifitas dan al Washl digunakan untuk mengatasi problem rasionalitas. Tawaran metode ini dijadikan sebagai representasi turats, disertai dengan ungkapan “ menjadikan bacaan kontemporer untuk dirinya ( dalam rentang masanya) dan kontemporer untuk kita ( dalam kondisi kekinian pembaca ).
4.      Aplikasi metodologi penafsiran Muhammad Abed al Jabiri
Apilkasi metode yang digunakan oleh Muhammad Abed al Jabiri dituangkan dalam karyanya Fahm Al Qur’an  salah satunya pada Q.S al ‘Alaq sebagai berikut:
ù&tø%$# ÉOó$$Î/ y7În/u Ï%©!$# t,n=y{ ÇÊÈ  t,n=y{ z`»|¡SM}$# ô`ÏB @,n=tã ÇËÈ  ù&tø%$# y7š/uur ãPtø.F{$# ÇÌÈ  Ï%©!$# zO¯=tæ ÉOn=s)ø9$$Î/ ÇÍÈ  zO¯=tæ z`»|¡SM}$# $tB óOs9 ÷Ls>÷ètƒ ÇÎÈ  
Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam.  Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.

Menurut al jabiri dalam ta’liq kitab tafsir karyanya Fahm Al Qur’an pada juz 1 halaman 26 , kandungan ayat diatas adalah menetapkan akidah islam dengan memfokuskan kepada dua dasar yaitu menciptakan dan mengajarkan. Pertama menghubungkan keduanya dengan satu sentral yakni satu tokoh manusia. Kemudian yang kedua mengkaitkannya dengan data-data pengalaman sehari-hari manusia. Sebagaimana yang dipahami dalam firmannya yang berbunyi:
“ Yang mengajar ( manusia )dengan perantara kalam.” Al Jabiri memahaminya dengan “ wahai Muhammad, bertabaruklah dengan nama tuhanmu dan ketahuilah bahwa tuhanmu yang menurunkan wahyu kepadamu, ini adalah tuhan yang menciptakanmu dari darah yang ada dalam rahim ibumu dan yang dicampur oleh sperma ayahmu.
Demikianlah sekilas aplikasi metode yang beliau tawarkan dalam penafsiran Al Qur’an.
F.     KAJIAN PUSTAKA
1.      Di dalam karya yang ditulis oleh Muhammad Abed al jabiri yang berjudul Formasi Nalar Arab menjelaskan tentang beberapa pemikirannya mengenai epistemologi pengetahuan bayani, burhani dan irfani, dan bibliografi.
2.      Di dalam karya yang ditulis oleh Muhammad Abed al Jabiri yang berjudul fahm Al Qur’an, al tafsir wadlih hasb tartib an-Nuzul menerangkan pemikiran beliau dalam diskursus Al Qur’an. Beliau mengaplikasikan metode yang beliau tawarkan dalam menafsirkan beberapa surat di dalam Al Qur’an seperti An-Naba, al Mutaffifin, al ‘alaq dan lain sebagainya.
3.      Di dalam buku hasil dari pengumpulan seorang pengkaji pemikiran Muhammad Abed Al jabiri, dan telah dialih bahasakan oleh Ahmad Baso yang berjudul Post Tradisionalisme Islam memuat beberapa artikel dan pidato-pidato hasil seminarnya.

G.    METODE PENELITIAN
Didalam penelitian kajian analisis tafsir kontemporer yang mengkaji tentang pemikiran Muhammad Abed al Jabiri, yang melihat dari rumusan masalah dan tujuan dan manfaat penelitian agar pembahasan dapat memberikan hasil yang diharapkan, penulis menggunakan metode sebagai berikut:
1.      Jenis penelitian
Penelitian ini adalah penelitian kualitatif, yaitu jenis penelitian yang temuan-temuannya tidak diperoleh melalui prosedur statistik, bentuk hitung, dan lainnya.
Alasan penulis memilih karena digunakan untuk mendapatkan wawasan tentang sesuatu yang baru sedikit diketahui. Unsur-unsur penelitian kualitatif ada tiga yang utama diantaranya adalah data bisa berasal dari wawancara dan pengamatan, yang menggunakan prosedur analisis dan interpretasi untuk mendapatkan temuan dan teori, bersifat diskriptif, membatasi studi dengan fokus, rancangan penelitian bersifat sementara dan hasil penelitian disepakati oleh kedua belah pihak[12], serta menggunakan laporan tertulis dan lisan.
2.      Sumber data
Sumber data dalam penelitian adalah subyek asal data dapat diperoleh. Di dalam penelitian ini penulis menggunakan beberap sumber data sebagai berikut:
a.       Sumber data primer
Data primer merupakan sumber data penelitian yang diperoleh secara langsung dari sumber asli, yang dapat berupa opini subyek secara individu, maupun kelompok.[13] Adapun sumber data primer yang digunakan adalah karya Muhammad Abed al Jabiri seperti Formasi Nalar Arab, yang telah dialih bahasakan oleh Imam Khoiri, Fahm Al Qur’an dan Post Tradisionalisme Arab  adalah kumpulan-kumpulan pidato atau seminar Muhammad Abed al Jabiri yang dialih bahasakan dan dikumpulkan oleh Ahmad Baso.
b.      Sumber data sekunder
Adapun sumber data sekunder  yang digunakan adalah berbagai buku,  journal, tulisan-tulisan serta artikel yang mengandung pemikiran penafsiran Al Qur’an prespektif Muhammad Abed al Jabiri, seperti Hermeneutika Al Qur’an dan Hadits  yang ditulis oleh Kurdi dan kawan-kawan.
3.      Metode pengumpulan data
Metode pengumpulan data merupakan suatu prosedur yang sistematis dan standar untuk memperoleh data yang diperlukan. Adapun yang digunakan dalam pengumpulan data penelitian ini adalah tekhnik studi dokumentar/bibliografi.[14]
4.      Metode analisis data
Metode analisis dapat digunakan untuk memecahkan masalah yang terdapat dalam rumusan masalah penelitian dapat dibuktikan atau diuji dan menjadi sebuah pencapaian dalam penelitian. Berdasarkan data yang diperoleh untuk menyusun dan menganalisa data-data yang diperoleh maka menggunakan metode analisis isi atau biasanyadisebut dengan Content Analysis.
Metode analisis isi adalah metode analisis teks yang memusatkan perhatian pada aspek-aspek isi teks yang bisa diperhitungkan dengan jelas dan langsung dan sebagai suatu perumusan bagi frekuensi relatif dan absolut kata per teks atau unit permukaan, juga suatu metode yang ditujukan untuk membuat kesimpulan dengan cara mengidentifikasi karakteristik tertentu pada pesan-pesan secara sistematis dan objektif.[15] Metode analisis isi mempunyai tujuan sebagai dampak isi dari pembaca, pengaruh kontrol terhadap isi, memberikan pengetahuan, membuka wawasan baru, menyajikan fakta dan panduan praktis pelaksanaan.[16]

H.    SISTEMATIKA LAPORAN PENELITIAN
Untuk memberikan petunjuk dan gambaran mengenai laporan penelitian terdiri dari dari beberapa bagian, berikut ini penulis akan memberikan petunjuk dalam sistematika laporan penelitian sebagai berikut:
1.      Bagian muka
Di dalam bagian ini terdiri dari halaman sampul dan halaman judul
2.      Bagian isi
Di dalam bagian isi terdiri dari beberapa bab diantaranya adalah:
a.       Bab pertama yang memuat tentang selayang pandang pemikiran-pemikiran  beberapa mufassir kontemporer.
b.      Bab kedua yang memuat pendahuluan, di dalam pendahuluan terdiri dari latar belakang penulisan tentang pemikiran metodologi penafsiran prespektif Muhammad al Jabiri ( studi analisis tafsir kontemporer ), rumusan masalah yaitu pembatasan dari sebuah pembahasan nanti dan hal-hal yang akan dijadikan sebagai bahan analisis dalam skripsi, kemudian metode analisis isi ( content analysis ) yaitu dari data-data yang ada, lalu penulis memberikan intrepretasi, generalisasi, klasifikasi, elaborisasi, serta bahan-bahan rujukan dan pada akhirnya diambil kesimpulan.
c.       Bab ketiga yang memuat tentang latar belakang atau biografi dari Muhammad Abed al Jabiri, alasannya menggunakan dan menawarkan metode tajdid dalam penafsiran serta pendapat beliau tentang Al Qur’an dan pembacaan teks yang akan memunculkan sebuah korelasi antara metode tajdidnya.
d.      Bab keempat merupakan analisis penulis tentang aplikasi atau  contoh penafsiran Al Qur’an yang menggunakan metode tajdidnya, kelemahan dan kelebihan dari metodenya yang akan diambil dari sudut pandang mufassir kontemporer, pengkaji karya-karya Muhammad Abid al Jabiri maupun penulis.
e.       Bab kelima merupakan penutup terhadap keseluruhan rangkaian bab skripsi, yang terdiri dari kesimpulan, saran-saran dan penutup.
3.      Bagian penutup
Bagian ini terdiri dari daftar pustaka










DAFTAR PUSTAKA
Abed , Muhammad al Jabiri.  Formasi Nalar Arab, alih bahasa oleh Imam khoiri IRCiSoD , Yogyakarta, 2003
al-Khuli , Amin dan Nashr Hamid Abu Zayd, Metode Tafsir Sastra, alih bahasa oleh Khairon Nahdiyyin, Adab Press, Yogyakarta, 2004
Anwar, Rosihon. Ilmu Tafsir, CV Pustaka Setia, Bandung, 2005
Baso,  Ahmad.  ( pengumpul dan alih bahasa ), Post Tradisonalisme Islam, LkiS, Yogyakarta, 2000
Faishol, M. Struktur Nalar Islam Menurut Prespektif Abid al Jabiri, Jurnal Religio,II, ( ..., 2011), h. 64
Hourani, Albert. Sejarah Bangsa-Bangsa Muslim, alih bahasa oleh Irfan Abu bakar, P.T. Mizan Pustaka, Bandung, 2004
Khalil , Manna al Qattan, Studi Ilmu-Ilmu Al Qur’an, alih bahasa oleh Mudzakir AS, P.T. Pustaka Litera Antarnusa, Bogor Baru,1992
Kurdi dkk, Hermeneutika Al Qur’an dan Hadits, Elsaq Press, Yogyakarta, 2010
Mamang Sangadji , Etta dan Sopiah, Metodologi Penelitian pendekatan Praktis dalam Penelitian, C.V. Andi Offset, Yogyakarta,  2010
Muhammad, Teungku Hasbi Ash Shidiqiy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Al Qur’an dan Tafsir, P.T Pustaka Rizki Putra,  Semarang, 2002
Suryadilaga , M. Al Fatih dkk.  Metodologi Ilmu Tafsir, Teras, Sleman, 2005
Team penyusun penulisan skripsi fakultas Ushuluddin IAIN Walisongo Semarang,  Pedoman Penulisan Skripsi, Badan penerbit fakultas Ushuluddin IAIN Walisongo, Semarang , 1998
Titscher, Stefan.  Micheal Mayer dkk, Metode Analisis Teks dan Wacana, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2009
Yusdani.  Nalar Politik Kenegaraan Dalam Islam, Jurnal Analisis, I, Volume XI, Juni 2011


[1] Manna Khalil al Qattan, Studi Ilmu-Ilmu Al Qur’an, alih bahasa oleh Mudzakir AS, ( Bogor Baru: P.T. Pustaka Litera Antarnusa, 1992 ), h. 10.
[2] Amin al-Khuli dan Nashr Hamid Abu Zayd, Metode Tafsir Sastra, alih bahasa oleh Khairon Nahdiyyin, ( Yogyakarta: Adab Press, 2004 ), h. 54-55
[3] M. Faishol,  Struktur Nalar Islam Menurut Prespektif Abid al Jabiri, Jurnal Religio,II, ( ..., 2011), h. 64
[4] Albert Hourani, Sejarah Bangsa-Bangsa Muslim, alih bahasa oleh Irfan Abu bakar ( Bandung: P.T. Mizan Pustaka, 2004  ), h. 23
[5] Kurdi dkk, Hermeneutika Al Qur’an dan Hadits, ( Yogyakarta: Elsaq Press, 2010 ), h. 89
[6] Yusdani, Nalar Politik Kenegaraan Dalam Islam, Jurnal Analisis, I ( Volume XI, Juni 2011 ), h. 131
[7] Ahmad Baso ( pengumpul dan alih bahasa ), Post Tradisonalisme Islam, ( Yogyakarta: LkiS, 2000 ), h. Vii
[8] Muhammad Abed al Jabiri, Formasi Nalar Arab, alih bahasa oleh Imam khoiri ( yogyakarta: IRCiSoD, 2003), h. 21
[9] Kurdi dkk, h. 92-93
[10] Rosihon Anwar, Ilmu Tafsir, ( Bandung: CV Pustaka Setia, 2005), h. 164-165
[11] Teungku Muhammad Hasbi Ash Shidiqiy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Al Qur’an dan Tafsir ( Semarang, P.T Pustaka Rizki Putra,  2002 ), h. 206-207
[12] Team penyusun penulisan skripsi fakultas Ushuluddin IAIN Walisongo Semarang,  Pedoman Penulisan Skripsi, ( Badan penerbit fakultas Ushuluddin IAIN Walisongo, Semarang , 1998), h. 13
[13] Etta Mamang Sangadji dan Sopiah, Metodologi Penelitian pendekatan Praktis dalam Penelitian, ( Yogyakarta: C.V. Andi Offset, 2010), h. 171-172
[14] M. Al Fatih Suryadilaga dkk, Metodologi Ilmu Tafsir, ( Sleman: Teras, 2005 ), h. 171-172
[15] Stefan Titscher, Micheal Mayer dkk, Metode Analisis Teks dan Wacana, ( Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009 ), h. 93-97
[16] M.Al Fatih Suryadilangga dkk, h. 77